Thursday, 3 January 2013

Manusia Tersusun Dari Dua Unsur

“Sesungguhnya alam dapat mencukupi kamu dari segi jasmanimu, dan dia tidak mencukupinya dari segi ketetapan ruhanimu”

Dilihat dari segi biologis, manusia itu tersusun dari dua macam unsur. Kedua macam unsur tersebut yaitu :

1.      Tubuh Kasar (Jasmani)
Tubuh kasar ini selalu bergantung kepada benda-benda alam untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Dengan tubuh ini manusia dapat bergerak dan merasakan sesuatu.

2.      Roh Halus (rohani)
Unsur ini (roh halus) selalu bergantung dan berhubungan langsung dengan penciptanya (Allah). Karena itu untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, manusia diharuskan untuk banyak mengingat kepada-Nya dan menyingkirkan penyakit-penyakit yang menyerang dan meracuninya, yakni yang berupa hawa nafsu. Dengan adanya roh ini manusia dapat berkehendak, mencintai, membenci, bahagia, susah, senang dan sebagainya.

Menurut berbagai penyelidikan yang dilakukan oleh para sarjana kimia, memang benar bahwa tubuh manusia itu berasal dari tanah. Setelah diuraikan secara kimiawi, unsur-unsur yang terdapat dalam tanah itu sama dengan yang terdapat dalam tubuh manusia. Dalam tubuh manusia tersebut terdapat karbon yang cukup untuk membuat 9000 buah tangku pena, pospor yang cukup untuk membuat 200 tangkai korek api, serta zat-zat lain seperti kapur, besi, garam, air dan sebagainya.

Adapun persoalan mengenai roh, sampai saat ini dan sampai kapanpun juga tak akan ada seorangpun yang dapat mengetahui hakekatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah yang tersebut dalam hakekatnya. Sebagaimana firman Allah yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Isro’ ayat 85, yang artinya :
”dan orang-orang itu bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : roh itu sebagian dari urusan Tuhanku : kamu tidak diberi pengetahuan, melainkan sedikit.”

Sudah jelas, bahwa Allah tidak memberi bekal (ilmu kepada manusia untuk mempelajari hakekat dari pada roh, kecuali hanya sedikit misalnya, manusia hanya dapat mengetahui bahwa karena roh manusia dapat hidup, berfikir, merasa senang, sedih dan sebagainya. Dan apabila di tinggalkannya manusia bisa mati dan tidak ada gerakannya sedikitpun sebagaimana benda-benda mati lainnya.

Oleh sebab itu roh juga, keberadaan manusia menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, sehingga segala sesuatu yang diciptakan Allah ini diperuntukkan kepadanya, sekaligus juga manusia diserahi tugas oleh Allah sebagai Kholifah (pemimpin) di muka bumi.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 28-29, yang artinya :
”Dan ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah kering, dan tanah hitam yang telah berubah. Apabila aku sempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kedalamnya dari pada roh-Ku, lalu meniaraplah mereka sujud kepadaNya (Adam)”

Sementarai itu ada seorang ulama yang mendifinisikan roh seperti berikut :
“roh adalah merupakah zat yang memiliki sifat tersendiri dan berbeda dengan benda-benda lain. Ia berupa jisim nuraniyah (sebangsa nur atau cahaya), amat tinggi kedudukannya dan hidup. Selain itu juga dapat berpisa dan meninggalkan tubuh kasar dan dapat menjalar dalam rongga tubuh laksana mengalirnya air dalam batang pohon yang hijau dan hidup. Roh itu tidak dapat dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi beberapa bagian. Kepada tubuh ia memberikan kesan kehidupan dan apa-apa yang berhubungan dengan adanya kehidupan itu selama tubuh masih didiami oleh roh tersebut”.

Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa alam itu terdiri dua macam, yaitu alam nyata dan alam gaib. Alam nyata yaitu alam yang terdiri dari benda-benda, sehingga bisa ditangkap dengan panca indra, bisa diselidiki dan dipelajari dengan menggunakan akal dan ilmu pengetahuan. Sedangkan alam gaib tidak terdiri dari benda-benda sehingga tidak dapat ditangkap dengan panca indra, dan tidak pula bisa diselidiki dan dipelajari dengan menggunakan alat apapun juga.

Karena itu, betapa pun tinggi ilmu yang dimiliki oleh manusia dan betapapun canggih peralatan yang digunakannya, tetap tidak akan mampu menguakkan sedikitpun rahasia dari alam gaib.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anam ayat 59, yang artinya:
“Pada sisi Allah-lah terletak kunci (rahasia) perkara-perkara yang gaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.”

Juga dalam Surat An-Naml ayat 65, yang artinya :
“Katakanlah (Hai Muhammad) : tidak ada siapapun di langit dan di bumi yang dapat mengetahui perkara-perkara yang gaib selain Allah, dan mereka tidak tahu kapan mereka akan dibangkitkan.”

Begitu juga dengan para Nabi dan Rasul atau bahkan Malaikat pun tidak ada yang mengetahui rahasia-rahasia mengenai alam gaib, kecuali sekedar yang diwahyukan Allah kepada mereka.