Thursday 6 December 2012

Mengoreksi Kesalahan Pada Diri Sendiri


Gajah di pelupuk mata tiada kelihatan, tapi semut di seberang lautan jelas kelihatan. Itulah sebuah peribahasa yang mengungkapkan watak manusia yang suka melihat dan meneliti kesalahan orang lain walau yang sekecil-kecilnya, akan tetapi lupa atau memang sengaja melupakan diri teradap kesalahan diri sendiri.

Perbuatan seperti itu sesungguhnya sangat dilarang oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurot ayat 12, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesunguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu mengunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

Dan dalam sebuah hadits hasan yang diriwayatklan oleh Al-Bazzar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Berbahagialah orang yang selalu diingatkan oleh ‘aibnya sendiri daripada ‘aibnya orang lain”

Maka dari itu sebagai orang yang beriman, hendaklah kita senantiasa pandai-pandai mengoreksi dan membersihkan aib atau kesalahan-kesalahan yang terjadi pada diri sendiri dan berusaha dengan segala daya dan upaya untuk mengekang hawa nafsu. Karena pada dasarnya kesalahan-kesalahan yang terjadi itu adalah karena menurutkan hawa nafsu.

Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Naazi ayat 40-41, yang artinya :
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”

Perlu diketahui pula, bahwa bergolaknya hawa nafsu itu bersumber dari empat hal, yakni:
  1. Sering melanggar larangan Allah
  2. Sering berlakunya (berbuat baik bukan karena Allah, melainkan supaya mendapat pujian, sanjungan dan sebagainya)
  3. Suka membuang-buang waktu dengan percuma
  4. Malas mengerjakan perintah-perintah Allah

Agar kita dapat mengatasi keempat sumber bergolaknya hawa nafsu tersebut, maka hedaknya kita mengisi jiwa ini dengan ilmu ma’rifat, taat dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun dari Hadits Rasulullah SAW.

Dikutip dari buku Hakekat Ma’rifat, hal 267-268
Penerbit : Bintang Usaha Jaya, Surabaya

Rating: 5